Konsep kesehatan jiwa
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan
menurut WHO (2005) kesehatan adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan.
Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal
dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan
orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan
suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang
dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Dalam sidang WHO pada Tahun 1959 di Geneva telah berhasil merumuskan kriteria jiwa yang sehat. Seseorang
dikatakan mempunyai jiwa sehat menurut WHO apabila yang bersangkutan itu:
- Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
- Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
- Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
- Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
- Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
Dalam kaitannya dengan definisi jiwa sehat menurut WHO, maka
pada tahun 1984 Organisasi Kesehatan se Dunia (World Health Organization)
telah menambahkan dimensi agama sebagai salah satu dari 4 pilar sehatan; yaitu
kesehatan manusia seutuhnya meliputi: sehat secara jasmani/ fisik (biologik);
sehat secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik); sehat secara sosial; dan sehat
secara spiritual (kerohanian/ agama).
Manusia yang sehat seutuhnya adalah manusia yang beragama, dan hal ini
sesuai dengan fitrah manusia. Keempat dimensi sehat tersebut di atas diadopsi
oleh the American Psychiatric Association dengan paradigma pendekatan biopsycho-socio-spiritual.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian
seseorang mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik,
psiko-edukatif dan sosial budaya.
KONSEP
GANGGUAN JIWA
Gangguan
jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang
karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang
kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi
(affective),
tindakan (psychomotor)
(Yosep, 2007).
Gangguan
jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran social.
Sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaaan (distress) atau hendaya ( impairment . disability) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. sebagai tambahan, disimpulkan bahwadisfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dan masyarakat.
Konsep ” Disability” dari “The ICD 10 Classification
of Mental and Behavior Disorders” :
Gangguan kinerja (performance) dalam peran sosial dan pekerjaan tidak
digunakan sebagai komponen esensial untuk diagnosis gangguan jiwa, oleh
karena hal ini berkaitan dengan variasi sosial budaya yang sangat luas. Yang
diartikan sebagai “disability” adalah keterbatasan / kekurangan kemampuan untuk
melaksanakan suatu aktifitas pada tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan
hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi,berpakaian,makan,kebersihan diri,buang air besar dan
kecil)
Dari konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa di dalam konsep
gangguan jiwa, didapatkan butir-butir :
- Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa :
- sindrom atau
pola perilaku
- Sindrom atau
pola psikologik
- Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh dan lain-lain.
- Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (Disability) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi,berpakaian,makan, kebersihan diri, dll)
PEMERIKSAAN
DAN WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara pada kasus- kasus Psikiatrik memerlukan keterampilan khusus dan
harus
memperhatikan beberapa keadaan pasien,keluarga pasien dan juga pemeriksa
(dokter).
Pasien seringkali malu- malu mengemukakan masalah emosionalnya. Pasien
seringkali tidak terbuka mengatakan gejala/keluhan yang dia rasakan atau bahkan
menyampaikan secara berlebihan. Dokter/pemeriksa perlu menjaga kerahasiaan
pasien.
Disamping melakukan auto anamnesa seperti pada pemeriksaan pasien lainnya,
sering dalam menghadapi atau memeriksa pasien psikiatrik dibutuhkan
alloanamnesa dari
keluarga terdekat, teman, tetangga atau aparat/orang yang mengantar atau mendampingi
pasien.
TEKNIK MEMULAI WAWANCARA
¨Bantu pasien agar
merasa cukup nyaman memberikan informasi
¨Perhatikan komunikasi
pasien, baik verbal maupun nonverbal
¨Pada awal wawancara
biarkan pasien mengemukakan keluhannya, yang membawa dia mencari pertolongan.
PROSES WAWANCARA
1.Perkenalan dan memberi salam
Sebaiknya terapislah yang terlebih dulu memberi salam dan memperkenalkan
diri.
Pakailah bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, temponya sesuaikan
dengan keadaan pasien, jangan terburu-buru.
2.Bina hubungan saling mempercayai Terapis tidak secara spontan dipercaya
oleh pasien, tapi perlu dibina melalui sikap & perilaku terapis yang
berempati dan mengerti perasaan mereka.
3.Menjadi pendengar yang efektif Sering orang merasa mulai lebih baik,
apabila mereka diberi kesempatan untuk bicara dan yakin bahwa mereka
didengarkan.
Masalah depresi, kecemasan, ketakutan yang yang tak dapat diatasi, sakit
dan nyeri yang tak ditemukan gangguan fisiknya, dan berbagai gejala lainnya,
dapat disebabkan oleh perasaan yang ditekan dan tidak diekpresikan
TOPIK WAWANCARA
Riwayat Penyakit sekarang
1.Onset, deviasi dan perubahan gejala dari waktu ke waktu
2.Stress pemicu khususnya tentang kehilangan, kematian, PHK atau kehilangan
uang/harta
3.Persepsi pasien tentang dirinya atau persepsi orang lain tentang pasien
(pasangan,
orang tua)
4.Gangguan dan pengobatan sebelumnya
5.Kemampuan adaptasi sosial (pekerjaan, sekolah dll), Keuntungan sekunder
yang
diperoleh pasien (dari pekerjaan, sekolah, rumah, penyakitnya)
Riwayat pribadi
a.Perkembangan
b.Informasi tentang perkembangan usia dini (riwayat kehamilan). Informasi
didapat dari
keluarga
c.Temperamen waktu kecil, kejadian penting dalam keluarga (kematian,
perpisahan,
perceraian) yang dapat mempengaruhi berkembangnya temperamen ini
d.Riwayat sekolah, teman, stabilitas keluarga, penelantaran atau
penganiayaan,
hubungan pasien dengan orang tua, saudara kandung dan teman merupakan
barometer
penting
Riwayat Sosial
a.Apakah pasien pendiam dan tidak berkawan atau mudah dan banyak kawan
b.Apakah ada perubahan kepribadian yang dirasakan oleh pasien atau diamati
oleh
keluarga atau teman
c.Status perkawinan dan taraf fungsi seksual sekarang
d.Riwayat pekerjaan (sekarang, diberhentikan, pindah-pindah pekerjaan,
sudah berapa
kali pindah dan alasan pindah) masalah alkohol atau perilaku anti sosial
e.Riwayat berhubung dengan aparat (masalah disipilin atau tindak kekerasan)
Riwayat Keluarga
a.Riwayat penyakit genetic, sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dan
pengobatannya
b.Riwayat masalah kesehatan jiwa pada anggota keluarga (gangguan jiwa,
problem
NAFZA, usaha bunuhdiri, dll)
c.Riwayat jenis obat yang berhasil baik untuk terapi gangguan yang sama.
Kemungkinan obat yang sama juga akan beraksi baik terhadap pasien sekarang
Riwayat Psikiatrik
Perlu dicatat dalam riwayat penyakit sekarang
¨Masalah kesehatan jiwa
sebelumnya
¨Riwayat pengobatan:
nama dokter dan tempatnya, jenis obat, dosis dan hasil terapi
Riwayat penggunaan atau penyalahgunaan zat
Secara hati-hati tanyakan juga penggunaan :
¨Narkotika
¨Psikotropika
¨Alkohol
¨Nikotin
Dan dampaknyaterhadap pasien
termasuk aspek legal
Riwayat perilaku buruk
¨Kebiasaan berjudi
¨Kekerasan dalam rumah
tangga
¨Kebiasaan yang
bersifat anti sosial
Cara mengakhiri Wawancara:
Setelah wawancara dilakukan dan pemeriksaan merasa sudah cukup data-data
menyimpulkan hasil pemeriksaan, maka disampaikan kesimpulan dari hasil
wawancara pada keluarga pasien serta rencana pertemuan selanjutnya dan rencana
pengobatan yang akan diberikan pada pasien.
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
1. Keadaan Umum
· Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri
· Penting untuk menentukan/memperkirakan
prognosis pasien
· Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai
usia, dengan rawat diri cukup.
2. Kesadaran
a. Compos mentis
b. Somnolen
c. Stupor
d. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak
memberikan respon terhadap stimuli.
e. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
f. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang
disertai dengan gangguan persepsi dan sikap
g. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah,
takut, dan halusinasi. Penderita menjadi tidak dapat diam.
h. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai
dengan halusinasi, biasanya terjadi pada epilepsi.
3. Orientasi
· Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan
situasi
· Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
untuk menilai orientasi pasien, misalnya:
ü Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w)
Datang sama siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini,
mbak baru apa, dimana?(o-t,s)
· Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b:
baik, j: jelek)
4. Sikap, Tingkah Laku
· Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif,
hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif), psikomotor (jika ada)
· Bentuk kelainan psikomotor yang dapat
diamati:
a. Echopraxia: menirukan gerakan orang lain
b. Katatonia
ü Katalepsi: pasien tidak bergerak dan cenderung mempertahankan
posisi tertentu.
ü Fleksibilitas serea: gerakan yang diberikan oleh pemeriksa secara
perlahan, dan kemudian dipertahankan oleh pasien.
ü Negativisme: gerakan menentang/tidak mematuhi perintah.
c. Katapleksi: tonus otot menghilang sementara
dikarenakan emosi
d. Stereotipi: aktivitas fisik atau bicara yang
diulang-ulang
e. Manerisme: gerakan involunter yang stereotipik
f. Otomatis perintah: mengikuti perintah secara
otomatis
g. Mutisme: tak bersuara
h. Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik,
disertai afek marah/benci.
5. Afek
· Afek: emosi yang diekspresikan oleh pasien,
sehingga penilaiannya obyektif (dapat diamati oleh pemeriksa)
· Afek dapat dinyatakan dalam beberapa cara:
a. Jenis emosi : kemarahan, kesedihan, euphoria
(peningkatan ekspresi kegembiraan), elasi (euphoria dengan peningkatan
aktivitas psikomotor), eksaltasi (elasi yang disertai waham kebesaran), ekstase
(agresi).
b. Intensitas dan derajat emosi: datar, tumpul, sempit,
luas.
ü Datar: tidak terdapat ekspresi
ü Tumpul: ekspresi yang
tampak sangat sedikit (hamper tidak terdapat ekspresi)
ü Sempit/menyempit: pasien
terkadang masih dapat mengekspresikan perasaannya.
ü Luas: perasaan dapat diekspresikan
secara penuh (normal)
c. Keserasian: dilihat dari kesesuaian antara stimulus yang diberikan
dengan ekspresi pasien: appropriate, inappropriate.
d. Konsistensi perasaan: labil, stabil. Labil bila
terjadi perubahan afek yang cepat.
6. Mood
· Isi: sedih, takut, bahagia, marah, cemas,
irritable, disforik.
· Mood: emosi yang berkepanjangan yang
dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien.
· Mood disforik: apabila dirasakan oleh penderita
tidak menyenangkan, misalnya irritable, marah, atau depresi.
7. Proses Pikir
· Dibedakan menjadi bentuk pikir, isi pikir,
dan progress pikir.
a. Gangguan bentuk pikir:
1) Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
masih mungkin, misal: “saya adalah seorang presiden” atau seorang dokter
berkata, “saya dapat menyembuhkan semua orang yang sakit”
2) Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih
didasarkan pada khayalan, misal: “saya adalah seorang malaikat” atau “saya
dapat menyembuhkan segala macam penyakit”
3) Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad
aide yang idesentris. Orang autistic selalu hidup dalam alam/dunianya sendiri,
dan secara emosional terlepas dari orang lain.
4) Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical
thought: berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis.
5) Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu
dimensi arti, pasien mengartikan kata/kalimat apa adanya, tidak mampu berpikir
secara metaforik atau hipotetik. Symptom ini biasa ditemukan pada pasien dengan
gangguan mental organic dan skizofrenia. Contoh: meja hijau = meja yang
berwarna hijau, daun muda = daun yang masih muda.
b. Gangguan isi pikir:
1) Ideas of reference: pasien selalu berprasangka bahwa
orang lain sedang membicarakan dirinya dan kejadian-kejadian yang alamiah pun
memberi arti khusus/berhubungan dengan dirinya. Contoh: pasien merasa bahwa
berita yang dibawakan oleh pembawa berita di televise berkaitan dengannya dan
terselip pesan untuknya.
2) Waham: keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari
luar yang cukup
ü Ciri:
- Tidak realistic
- Tidak logis
- Menetap
- Egosentris
- Diyakini
kebenarannya oleh penderita
- Tidak dapat dikoreksi
- Dihayati oleh
penderita sebagai hal yang nyata
- Penderita hidup
dalam wahamnya itu
- Keadaan/hal yang
diyakini itu bukan merupakan bagian sosio-kultural setempat.
ü Macamnya:
- Waham kebesaran
- Waham diancam
- Waham cemburu
- Waham curiga
- Waham bersalah
- Waham berdosa
(biasanya pasien tampak selalu murung)
- Waham tak berguna
(sering kali memicu keinginan pasien untuk bunuh diri)
- Waham miskin
- Waham hipokondria
(pasien merasa di dalam tubuhnya ada sesuatu benda yang harus dikeluarkan sebab
dapat membahayakan dirinya)
- Waham kejar
- Waham bizarre,
meliputi:
Ø Waham sedot pikir (thought of withdrawal): pasien percaya bahwa
seeseorang telah mengambil keluar pikirannya
Ø Waham sisip piker (thought of insertion): pasien percaya bahwa
seseorang telah menyesipkan pikiran ke kepalanya
Ø Waham siar piker (thought of broadcasting): pasien percaya bahwa
orang lain dapat mengetahui/membaca pikirannya
Ø Waham kendali piker (thought of being controlled): pasien percaya
bahwa apa yang dirasakan/dilakukannya dipengaruhi/dikendalikan oleh orang lain.
3) Obsesi: gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang
berulang dan persisten.
4) Kompulsi: perilaku/perbuatan berulang yang bersifat
stereotipik, biasanya menyertai obsesi.
5) Fobia: ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap
suatu objek, aktifitas, atau situasi spesifik yang menimbulkan keinginan yang
mendesak untuk menghindarinya.
6) Anosognosis: pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami
gangguan fisik, hal ini terjadi pada pasien yang mengalami luka/trauma dan
kerusakan otak yang luas. Contoh: penderita buta mengatakan bahwa ia dapat
melihat.
c. Gangguan progress/arus pikir
1) Neologisme: pembentukan kata-kata
baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering terdapat pada pasien
skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering
merupakan kata yang diulang.
2) Word salad: bentuk ekstrim
neologisme yang ditandai dengan kalimat yang dibentuk dari kata-kata yang
hamper semuanya tidak dapat dimengerti.
3) Magical thinking: pasien percaya
bahwa segala tingkah laku, ucapan, sikap, serta gerak-geriknya dikendalikan
oleh kekuatan magis. Symptom ini menonjol pada pasien dengan obsesif kompulsif
dan secara ekstrim terdapat pada skizofrenia.
4) Intelektualisasi: pembicaraan
yang meloncat-loncat kea rah konsep intelektual, tentang teori yang abstrak dan
filosofis. Sering dijumpai pada pasien obsesif kompulsif dan skizofrenia.
5) Circumstantiality: gangguan asosiasi
karena terlalu banyak ide yang disampaikan. Pada umumnya pasien dapat mencapai
tujuannya, tetapi harus secara bertahap. Sering dijumpai pada pasien
skizofrenia, epilepsy, dan demensia senilis.
6) Tangential thinking:
pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak
kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai.
Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
7) Asosiasi longgar: pasien
berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat
dimengerti.
8) Inkoherensi: merupakan
asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan kalimat
dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada skizofrenia.
9) Flight of ideas: pembicaraan yang
melompat-lompat dari satu topic ke topic lain tanpa terputus, dimana masih
terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat kecil kaitannya).
10) Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat
karena adanya pengulangan buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata =
verbigerasi, pengulangan kalimat = perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan
GMO.
11) Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa
henti.
12) Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang
lain, cenderung berulang-ulang dan persisten.
13) Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan
biasanya dengan nada yang rendah, karena pikirannya timbul perlahan sehingga
progresi piker menjadi lambat. Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
14) Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan
putusnya secara sementara atau terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada
skizofrenia.
15) Mutisme: pasien tidak member respon terhadap
lingkungan, tidak mau berbicara sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia
kataton, depresi berat, histerical aphonia, dan GMO.
16) Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena
kerusakakn otak.
8. Persepsi
· Isi: agnosia, halusinasi, ilusi
· Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan
rangsangan sensorik -- agnosia visual, taktil, sensorik.
· Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang
tak nyata. (tidak terdapat objek)
a. Halusinasi dengar (akustik, auditori)
b. Halusinasi visual à harus dalam keadaan mata penderita terbuka.
Biasanya merupakan petunjuk adanya gangguan mental organic.
c. Halusinasi bau/olfaktori
d. Halusinasi pengecapan/gustatory
e. Halusinasi seksual
f. Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien
melihat orang yang mirip dirinya berada di depannya atau mendekatinya. Bila
dapat dikoreksi, maka disebut pseudo halusinasi.
g. Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada
pasien setelah mengalami operasi besar. Contoh: pasien post amputasi kaki
berkata bahwa kakinya masih utuh.
· Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap
stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)
9. Hubungan Jiwa
· Isi: mudah, dapat, atau sukar.
a. Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan
mengungkapkan perasaannya kepada pemeriksa. (mudah diajak berkomunikasi)
b. Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi
kepada pemeriksa.
c. Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau
memberikan informasi/berkomunikasi dengan pemeriksa.
10. Perhatian
· Isi: mudah/sukar ditarik, mudah/sukar
dicantum
· Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik
perhatiannya dan menjawab pertanyaan pemeriksa.
· Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan
perhatian pada topic tertentu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan topic
pembicaraan pemeriksa.
11. Insight (tilikan diri)
· Isi: baik/jelek
· Yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi
dirinya dalam konteks realitas sekitarnya. (pemahaman pasien terhadap
penyakitnya)
· Derajat insight:
I. Penyangkalan total terhadap
penyakitnya
II. Ambivalensi terhadap penyakitnya
III. Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
IV. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak memahami
penyebab sakitnya
V. Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
VI. Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
wah boleh juga infonya terimakasih
BalasHapusbagi yang butuh info kesehatan silahkan mampir disini http://www.scribbleme.info
sama2 makasi jg udah berkunjung ke blog ini
BalasHapusTerima kasih, sangat bermanfaat..
BalasHapusTerima kasih, sangat bermanfaat..
BalasHapus