Rabu, 19 Agustus 2015

Kasih Sayang tanpa batas

Hari ini tepat minggu ke 4 menjalani koas di stase jiwa/psikiatri. Banyak hal menarik yang bisa aku dapati setiap harinya, mulai dari pasien sampai keluarga pasiennya. Setiap hari harus menganamnesa setiap pasien baru yang masuk sampai harus membuat status mental yang tepat untuk dilaporkan ke konsulen. Anamnesa pasien dengan kejiwaan yang normal saja susah sekali apalagi harus menganamnesa pasien yang kebanyakan tidak nyambungnya atau dalam istilah psikiatrinya inkoheren rasanya campur aduk antara pesimis sama penasaran. Apalagi kalau harus menghadapi pasien yang mengamuk, berbicara kasar, main kekerasan dan tindakan ekstrim lainnya jujur aku angkat tangan lambaikan tangan ke kamera. Selain banyak susahnya koas di jiwa membuatku melihat banyak hal yang mengharukan. Pasien yang dirawat di bangsal Zaitun RS cut nyak dhin meulaboh kebanyakan adalah orang dewasa dengan usia sekitar 30-40 tahun. Rata-rata yang datang kebanyakan dengan diagnosa skizofrenia. Yang mengharukannya adalah pemandangan orang tua pasien yang rela mengantar dan mengunjungi  anaknya meskipun anaknya mengalami gangguan jiwa dan sudah dewasa. Sedihnya, meski berjalan tertatih-tatih dan fisik yang lemah serta terkadang pendengaran yang sudah berkurang mereka rela mengurus anaknya. Hal ini membuktikan kasih orang tua kepada anaknya sungguh tidak terbatas. Namun, mari kita lihat pasien-pasien yang sudah tua dan mengalami gangguan jiwa seperti gelisah, susah tidur, keluyuran dan lainnya. Dengan sendirinya tanpa ada anak di sisi mereka rela mengantri di depan poli untuk mengambil obat. Jangan tanya kemana anak mereka, jangan tanya kenapa mereka sendirian. Karena hal itu hanya akan membuat mereka semakin sedih dan kecewa. Itulah balasan anak kepada orang tua yang rela melakukan apa saja untuknya. Hal ini menjadi pembelajaran yang sangat berarti untukku agar terus berbakti kepada orang tua dan merawat mereka di masa tuanya kelak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar