Hari ini tepat minggu ke 4
menjalani koas di stase jiwa/psikiatri. Banyak hal menarik yang bisa aku dapati
setiap harinya, mulai dari pasien sampai keluarga pasiennya. Setiap hari harus
menganamnesa setiap pasien baru yang masuk sampai harus membuat status mental
yang tepat untuk dilaporkan ke konsulen. Anamnesa pasien dengan kejiwaan yang
normal saja susah sekali apalagi harus menganamnesa pasien yang kebanyakan
tidak nyambungnya atau dalam istilah psikiatrinya inkoheren rasanya campur aduk antara pesimis sama penasaran. Apalagi
kalau harus menghadapi pasien yang mengamuk, berbicara kasar, main kekerasan
dan tindakan ekstrim lainnya jujur aku angkat tangan lambaikan tangan ke
kamera. Selain banyak susahnya koas di jiwa membuatku melihat banyak hal yang
mengharukan. Pasien yang dirawat di bangsal Zaitun RS cut nyak dhin meulaboh
kebanyakan adalah orang dewasa dengan usia sekitar 30-40 tahun. Rata-rata yang
datang kebanyakan dengan diagnosa skizofrenia. Yang mengharukannya adalah
pemandangan orang tua pasien yang rela mengantar dan mengunjungi anaknya meskipun anaknya mengalami gangguan
jiwa dan sudah dewasa. Sedihnya, meski berjalan tertatih-tatih dan fisik yang
lemah serta terkadang pendengaran yang sudah berkurang mereka rela mengurus
anaknya. Hal ini membuktikan kasih orang tua kepada anaknya sungguh tidak
terbatas. Namun, mari kita lihat pasien-pasien yang sudah tua dan mengalami
gangguan jiwa seperti gelisah, susah tidur, keluyuran dan lainnya. Dengan sendirinya
tanpa ada anak di sisi mereka rela mengantri di depan poli untuk mengambil
obat. Jangan tanya kemana anak mereka, jangan tanya kenapa mereka sendirian. Karena
hal itu hanya akan membuat mereka semakin sedih dan kecewa. Itulah balasan anak
kepada orang tua yang rela melakukan apa saja untuknya. Hal ini menjadi
pembelajaran yang sangat berarti untukku agar terus berbakti kepada orang tua
dan merawat mereka di masa tuanya kelak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar