BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
dua dekade terakhir, jumlah kehamilan kembar telah meningkat secara tak
terduga. Peningkatan yang terjadi berkaitan dengan teknologi pembantu
reproduksi dalam penatalaksanaan infertilitas. Induksi ovulasi dengan
menggunakan FSH plus Chorionic Gonadotropin menghasilkan ovulasi ganda. Selain
itu kehamilan kembar juga dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu
saat kehamilan, wanita dengan riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil
segera setelah berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada orang yang
memiliki keturunan atau genetik kembar.1
Sebagai
penentu kehamilan ganda genotif ibu jauh lebih penting dai genotif ayah. Dalam
analisis Bulmer terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata
kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar. Untuk
peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun atau paritas sampai dengan 7,
frekuensi kehamilan ganda akan meningkat. Frekuensi kelahiran janin multiple
memperlihatkan variasi yang nyata diantara berbagai ras yang berbeda.
Myrianthopoulus mengindentifikasi kelahiran ganda terjadi 1 diantara 100
kehamilan pada orang kulit putih sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara 80
kehamilan.2
Peningkatan
jumlah kehamilan kembar merupakan masalah kesehatan masyarakat. Bayi kembar
lebih kecil kemungkinan bertahan hidup dan lebih besar kemungkinan menderita
disabilitas akibat pelahiran prematur seumur hidupnya. Gestasi multipel diperkirakan
terjadi pada 12 persen konsepsi spontan, tetapi hanya 14 persen dari jumlah ini
yang bertahan hidup hingga term. Pada sebagian kasus, seluruh janin meninggal
tetapi pada banyak kasus hanya satu janin yang hilang dan kehamilan berlanjut
sebagai kehamilan tunggal. Salah satu kembar hilang atau “lenyap” sebelum
trimester kedua pada 20 hingga 60 persen konsepsi kembar spontan. Biasanya
tidak dijumpai bukti-bukti hilangnya janin saat persalinan, dan pasien dapat
diyakinkan bahwa kehilangan janin dengan cara ini tidak meningkatkan resiko
penyulit kehamilan. Sekitar separuh dari kehamilan kembar lahir pada 36 minggu
atau lebih dini, dan persalinan sebelum term merupakan penyebab utama
meningkatnya resiko kematian dan morbiditas neonatus pada bayi kembar.1
Peningkatan kehamilan multipel ini juga
berhubungan dengan peningkatan insidensi komplikasi obstetrik pada ibu, dimana
derajat perubahan fisiologis ibu lebih besar pada kehamilan multiple
dibandingkan dengan kehamilan janin tunggal, demikian juga kemungkinan penyulit
yang serius pada ibu menyebaban tingginya angka morbiditas dan mortilitas ibu.1
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definsi
Kehamilan
ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan
membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita
dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan
hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.4
B.
Etiologi
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering mempengaruhi
kehamilan kembar telur.
2. Faktor
obat-obat induksi ovulasi : Profertil, Clomid, dan hormon gonadotropin dapat
menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih tua.
3. Faktor
keturunan
4. Faktor
yang lain belum diketahui.3
Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula
faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih
folikel de Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan
pertama dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada kehamilan kembar.
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur
yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang
kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari
satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur
dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar
itu. Diperkirakan di sini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa
pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi
sebelum blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2
korion, dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik. Bila faktor
penghambat terjadi setelah blastula tetapi sebelum amnion terbentuk, maka akan
terjadi kehamilan kembar dengan 2 amnion, sebelum primitive streak tampak, maka akan terjadi kehamilan kembar dengan
1 amnion. Setelah primitive streak terbentuk,
maka akan terjadi kembar dempet dalam berbagai bentuk.4
C.
Frekuensi
Menurut
hukum Hellin, frekuensi antara kehamilan ganda dan tunggal adalah :
-
Gemeli (2) 1 : 89
-
Triplet (3) 1 : 892
-
Quadriplet (4) 1 : 893
-
Quintuplet (5) 1 : 894
-
Sextuplet (6) 1 : 895
Menurut penelitin Greulich
(1930), pada 121 juta persalinan didapat angka kejadian kehamilan ganda, yaitu
gemeli 1 : 85; triplet 1 : 7.629; quadruplet 1 : 670.743; dan quintuplet 1 :
41.600.000.
Faktor bangsa
mempengaruhi kehamilan ganda; di Amerika Serikat lebih banyak dijumpai pada
wanita kulit hitam dibandingkan kulit putih. Angka tertinggi kehamilan ganda
dijumpai di Findalia dan terendah di Jepang.
Faktor umur; makin tua,
makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan menurun lagi setelah umur 40
tahun.
Paritas; pada primipara
9,8 per 1000 dan pada multipara (oktipara) naik jadi 18,9 per 1000 persalinan.
Keturunan; keluarga
tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang biasanya diturunkan secara
paternal, namun dapat pula secara maternal.3
D.
Jenis
1. Gemeli
monozigotik
Kehamilan
kembar yang terjadi dari satu telur atau disebut juga identik, homolog, atau
uniovuler. Kira-kira sepertiga kehamilan kembar adalah monozigotik. Kira-kira
satu pertiga kehamilan kembar monozigotik mempunyai 2 amnion, 2 koron, dan 2
plasenta; kadang-kadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Dua pertiga mempunyai
1 plasenta, 1 korion, dan 1 atau 2
amnion. Pada kehamilan kembar monoamniotik kematian bayi sangat tinggi karena
lilitan tali pusat; untung sekali kehamilan ini jarang terjadi.4
Gemeli
monozigotik dapat terjadi karena; satu telur dengan 2 inti hambatan pada
tingkat blastula, hambatan pada tingkat segmentasi, hambatan setelah amnion
dibentuk tetapi sebelum primitve streak.3
Gambar
2.1. plasenta dan selaput janin kembar monozigotik
Gambar
2.2 jenis kembar monozigotik
2. Gemeli
dizigotik
Kira-kira
dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2 telur;
disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal. Jenis kelamin sama atau
berbeda, mereka berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga. Kembar dizigotik
mempunyai 2 plasenta, 2 korion dan 2 amnion. Kadang-kadang 2 plasenta menjadi
satu.3
Gemeli
dizigotik kedua telur berasal dari 1 ovarium dan dari 2 folikel de Graff; 1
ovarium dan dari 1 folikel de Graff; 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari
ovarium kiri.4
Gambar 2.3 plasenta dan
selaput janin kembar dizigotik
3. Conjoined twins,
superfekundasi dan superfetasi
Conjoined twins
atau kembar siam adalah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya.
Misalnya torakofagus (dada dengan dada), abdominofagus (perlekatan kedua
abdomen), kraniofagus (kedua kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah
dapat dipisahkan secara operatif dengan berhasil.3
Superfekundasi
adalah pembuahan dua telur yang
dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan pada
jarak waktu yang pendek. Hal ini dilaporkan oleh Acher (1910) seorang wanita
kulit putih melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih dan
kemudian dengan pria kulit hitam melahirkan bayi kembar: satu bayi kulit putih
dan satu bayi kulit hitam (mulatto).3
Superfetasi
adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau bulan setelah
kehamilan pertama. Belum pernah dibuktikan pada manusia, namun dapat ditemukan
pada kuda.3
E.
Pertumbuhan
janin kembar
Berat
badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin
tunggal. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua dibawah 2500 gr,
triplet dibawah 2000 gr, quadriplet dibawah 1500 gr dan quantuplet dibawah 1000
gr. Berat badan masing masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000 gr dan karena pembagian sirkulasi darah tidak
sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
Pada
kehamilan ganda monozigotik, pembuluh darah janin yang satu beranastomosis
dengan janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus
diikat untuk menghindari perdarahan. Karena itu janin yang satu dapat terganggu
pertumbuhannya dan menjadi monstrum. Seperti akardiakus dan kelainan lainnya.
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal pada janin yang mendapat darah lebih
banyak terjadi hidramnion, polisitemia, edema, dan pertumbuhan yang baik.
Sedangkan janin yang kedua terlihat kecil, anemis dehidrasi, oligohidrami dan
mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
Pada
kehamilan kembar dizigotik, dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu
tumbuh sampai cukup bulan. Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada
kehamilan muda), atau pada kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang
disebut fetus papyrseus atau kompresus. 3
F.
Sindrom
Transfusi Kembar ke Kembar
Sindrom
transfusi kembar ke kembar terjadi jika terdapat komunikasi vaskular di dalam
suatu plasenta monokorion yang memungkinkan transfusi darah antara satu janin,
sang donor dan kembarannya, sang penerima. Donor menjadi anemik dan
pertumbuhannya mungkin terhambat, sedangkan penerima menjadi polisistemik dan
mungkin mengalami kelebihan beban sirkulasi yang bermanifestasi sebagai
hidrops. Hampir sebanyak 25 persen kembar monokorion memperlihatkan gambaran
klinis dari sindrom ini, namun yang kelainannya parah relatif sedikit.
Hampir
semua plasenta monokorion memiliki anastomosis vaskular. Sekitar 75 persen
memiliki anastomosis superfisial arteri ke arteri dan vena ke vena di permukaan
korion plasenta, dan 50 persen memiliki anastomosis arteriovena yang lebih
dalam melalui jaringan kapiler vilus. Sebagian besar dari komunikasi ini secara
hemodinamis simbang dan tidak banyak mempengaruhi janin. Akan tetapi, jika
komunikasi vaskular tidak seimbang dapat terjadi sindrom transfusi kembar ke
kembaar. Patofisiologi yang menyebabkan pemindhan netto aliran darah dari satu
janin ke kembarannya bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dipahami. Salah
satu teori umum bahwa anastomosis arteriovena profunda yang satu arah
(anastomosis superfisial dua arah hanya sedikit), menyebabkan gangguan keseimbangan
hemodinamik.
Sindrom
transfusi kembar ke kembar yang parah dapat terjadi pada midtrimester, berupa
penurunan perfusi di janin donor yang menyebabkan oliguria dan
oligohidraamnion. Tidak adanya sama sekali cairan amnion di kantong donor
mencegah pergerakan janin sehingga timbul gambaran “stuck twin” (janin tidak dapat bergerak). Sementara itu, janin
penerima mengalami hidramnion, diperkirakan karena peningkatan produksi urine.
Sindrom polihidramnion-oligohidramnion ini dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan,
kontraktur janin, dan hipoplasia paru pada salah satu kembar, dengan gagal
jantung dan mungkin ruptur prematur membran pada kembar yang lain. Tujuan
diagnosis antenatal adalah mencegah morbiditas dan mortalitis janin dengan
memilih kandidat untuk terapi pranatal atau pelahiran. Kriteria yang dianjurkan
antara lain adalah gestasi monokorion (berdasarkan sonografi plasenta dan
membran), perbedaan berat antar kembar lebih dari 20 persen, hidramnion pada
janin yang lebih besar, oligohidramnion pada kembar yang lebih kecil, dan
perbedaan hemoglobin lebih dari 5 g/dl (diukur dengan menggunakan
kordosintesis).
Telah
dijelaskan beberapa terapi yang spesifik untuk sindrom transfusi kembar ke
kembar. Metode paling umum dan paling tidak invasif adalah amnioreduksi serial
untuk mengeluarkan cairan amnion sehingga terjadi dekompresi hidramnion di
sekitar janin yang lebih besar. Amnioreduksi mungkin bermanfaat terhadap paling
tidak dua alasan. Tindakan ini mengurangi peregangan berlebihan uterus yang
dapat mencegah persalinan prematur dan juga memperbaiki perfusi dengan
mengurangi tekanan cairan intra amnion dan penekanan plasenta. Terapi lain
untuk sindrom transfusi kembar ke kembar yang parah adalah oklusi laser
fetoskopik terhadap pembuluh plasenta untuk mencegah transfusi janin. Penentuan
waktu pelahiran yang tepat merupakan terapi utama.
Prognosis
untuk kehamilan yang dipersulit oleh sindrom transfusi kembar ke kembar sangat
terlindung. Secara umum, semakin dini diagnosis ditegakkan semakin buruk
prognosis. Sindrom transfusi kembar ke kemar yng parah sering terdapat antara
gestasi 18 dan 26 minggu, dan angka kesintasan untuk yang didiagnosis sebelum
28 minggu hanyalah 20 hingga 45 persen.
G.
Letak
dan presentasi janin
Pada
umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada biasa,
sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin. Demikian pula
letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama, misal letak
lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta presentasi dapat
terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak memanjang
dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi kepala dan bokong,
keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong dan
bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu.4
Berbagai
kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi, yang paling sering
dijumpai adalah:
1. Kedua
janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47%)
2. Letak
membujur, presentasi kepala bokong (37-38%)
3. Keduanya
presentasi bokong (8-10%)
4. Letak
lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
5. Letak
lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
6. Dua-duanya
letak lintang (0,2%-0,6%)
7.
Letak
dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci
mengunci (interlocking).
H.
Diagnosis
1. Anamnesis
-
Perut lebih buncit dari semestinya
sesuai dengan umur tuanya kehamilan
-
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu
hamil
-
Uterus terasa lebih cepat membesar
-
Pernah hamil kembar atau ada riwayat
keturunan kembar
2. Inspeksi
dan palpasi
-
Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada
kesan uterus lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa
-
Gerakan-gerakan janin terasa lebih
sering
-
Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak
-
Teraba ada 3 bagian besar janin
-
Teraba ada 2 balotemen.
3.
Auskultasi
Terdengar
2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan
sedikitnya 10 denyut permenit atau bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10.
4.
Rontgen foto abdomen
Tampak
gambaran 2 janin.
5.
Ultrasonografi
Bila
tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada
triwulan I.
6.
Elektrokardiogram total
Terdapat
gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7.
Reaksi kehamilan
Karena
pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada dua plasenta, maka produksi
HCG akan tinggi. Jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai
1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola hidatidosa. Kadangkala diagnosa
baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada
satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan
hidramnion dan toksemia gravidarum.4
I. Diagnosis diferensial
1.
Hidramnion
Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar;
kadang-kadang kelainan hanya terdapat pada satu kantong amnion dan yang lainnya
oligohidramnion. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan apakah pada
hidramnion ada kehamilan kembar atau tidak.
2.
Kehamilan dengan mioma uteri atau
kistoma ovarii
Tidak terdengarnya 2 denyut jantung pada
pemeriksaan berulang, bagian besar dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya
yang tak berubah, dan pemeriksaan rontgen dapat membedakan kedua hal tersebut.
Dewasa ini dengan ultrasonografi.4
J. Pengaruh terhadap ibu dan janin
1.
Terhadap ibu
-
Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga
dapat menyebabkan anemia
dan defisiensi zat lainnya.
-
Kemungkinan terjadinya hidramnion
bertambah 10 kali lebih besar.
-
Frekuensi preeklamsi dan eklamsi lebih
sering
-
Karena uterus yang besar, ibu mengeluh
sesak napas, sering miksi serta terdapat
edema dan varises pada tungkai dan vulva
-
Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan
postpartum
2.
Terhadap Janin
-
Usia kehamilan bertambah singkat dengan
kembar; 25% pada gemeli; 50% pada triplet; dan 75% pada quadriplet; yang akan
lahir 4 minggu sebelum cukup bulan jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur
akan tinggi.
-
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi
solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.
-
Sering terjadi kesalahan letak janin,
yang juga akan mempertinggi angka kematian janin.3
K. Penanganan dalam kehamilan
1.
Perawatan prenatal yang baik untuk
mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila
diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1 x seminggu
pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
2.
Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan
perjalanan jauh sebaiknya dihindari karena akan merangsang partus prematurus.
3.
Pemakaian korset gurita yang tidak
terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.
4.
Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan
darah.
L. Penanganan dalam persalinan
1.
Bila anak pertama letaknya membujur,
kala I diawasi seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
2.
Setelah itu baru waspada, lakukan
periksa luar, periksa dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil
memeriksa tekanan darah dan lain- lain
3.
Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat
lagi. Bila anak kedua terletak membujur,
ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir deras keluar.
Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
4.
Waspadalah atas kemungkinan terjadinya
perdarahan postpartum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis
5.
Bila ada kelainan letak pada anak kedua,
misalnya melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka
janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik:
-
Pada letak lintang coba versi luar dulu,
atau dilahirkan dengan cara versi dan ekstraksi.
-
Pada letak kepala, persalinan dipercepat
dengan ekstraksi vakum atau forseps.
-
Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong
atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
6.
Indikasi seksio saesarea hanya pada :
-
Janin pertama letak lintang
-
Bila terjadi prolaps tali pusat
-
Plasenta previa
-
Terjadi interlocking pada letak janin
69, anak pertama letak sungsang dan anak kedua letak kepala.
7.
Kala IV diawasi terhadap kemungkinan
terjadinya perdarahan postpartum: berikan suntikan sinto-metrin yaitu 10 satuan
sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena. 3
M. Prognosis
Prognosis untuk ibu lebih jelek bila
dibandingkan pada kehamilan tunggal, karena seringnya terjadi toksemia gravidarum,
hidramnion, anemia, pertolongan obstetri operatif, dan perdarahan postpartum.
Angka kematian perinatal tinggi
terutama karena prematur, prolaps tali pusat, solusio plasenta dan tindakan
obstetrik karena kelainan letak janin.
BAB III
LAPORAN KASUS
A.
Identitas
pasien
Nama
: Ny. RM
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: Perguruan tinggi
Agama : Islam
Alamat
: Paya Lumpat
MRS
: 03-06-2015
B.
Anamnesis
Keluhan
utama :
Riwayat
penyakit Sekarang :
Os
datang kiriman dr. Armansyah Harahap, Sp.OG dengan rencana SC elektif tanggal 03-06-2015
Riwayat
penyakit dahulu :
Ibu
menyangkal mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus, maupun asma.
Riwayat
haid : HPHT : 04 september 2014, Taksiran partus : 11 juni 2015
Riwayat
perkawinan :
Ibu
mengaku menikah 1 kali dengan suami berumur 35 tahun dan mempunyai 1 orang anak
Riwayat
obstetri :
G2P1A0
-
Anak I : Lahir di rumah sakit melalui
operasi SC dengan indikasi post date serta edema ekstremitas bawah, perempuan,
hidup
C.
Status
Present
-
Keadaan umum : tampak baik
-
Kesadaran : compos mentis
-
Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Frekuensi pernapasan : 24x/menit
Temperatur : 36,5
D.
Status
Obstetri
Inspeksi
: perut tampak membuncit,
asimetris.
Palpasi
: Leopold I : TFU 43 cm
Leopold II : janin I (puka) dan janin 2
(puki)
Leopold III: -
Leopold IV: belum masuk PAP
Auskultasi
: DJJ I : 150x/menit, DJJ II :
145x/menit
Pemeriksaan
dalam tidak dilakukan
E.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
hematologi :
-
Hb :
9,4 g/dl
-
PCT/HT :
31,4 g/dl
-
Eritrosit : 4,41 x 103/ul
-
Leukosit :
14,9 x 103/ul
-
Trombosit : 172 x 103/ul
-
Golongan Darah: B
F.
Diagnosis
G2P1A0,
Gemeli dan previous SC
G.
Penatalaksanaan
Ivfd
RL 20 tetes/menit
Ceftriaxon
1 gram IV
Pasang
kateter
Persiapan
operasi SC
Pelaksanaan
SC pada tanggal 03 juni 2016 jam 11:15-12:15
H.
Prognosis
-
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
-
Quo ad
Sanationam : Dubia ad Bonam
-
Quo ad
Fungtionam : Dubia ad Bonam
Daftar Pustaka
1.
Cunningham, FG. Obstetri Williams, Kehamilan
Kembar , Vol 2, Edisi 21, Jakarta: EGC, 2005.
2.
Sastrawinata,S.2010. Obstetri
Patologi.Edisi 2.Bab 3. Jakarta : EGC
3.
Sofian, Amru. Rustam
Mochtar Sinopsis Obstetri (Obstetri Operatif dan Obstetri Sosial),
Jilid 2, Jakarta: EGC, 2011.
4.
Prawirohardjo, Sarwono.Ilmu
Kandungan, Edisi 3, Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011.
5.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu
Kebidanan, Edisi 4, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar