Kamis, 10 Oktober 2013

OBESITAS

OBESITAS
Menurut WHO pada tahun 2000 obesitas itu adalah kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Prevalensi terjadinya obesitas semakin meningkat disetiap negara. Penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) mendapatkan angka prevalensi obesitas pada wanita adalah 11,02 % dimana lebih besar daripada pria yang prevalensinya 9,16 %. Pada tahun 2015 diperkirakan 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta diantaranya mengalami obesitas.

Etiologi atau penyebab terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan dan pengeluaran energi yang rendah menyebabkan tubuh menyimpan kelebihan energi tersebut sebagai cadangan dalam bentuk jaringan lemak. Hal ini lah yang memicu terjadinya obesitas. Selain itu ada beberapa faktor yang memicu terjadinya obesitas yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berperan dimana ditemukan bahwasanya anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga obesitas. Faktor lingkungan juga ikut berperan diantarnya perilaku makan yang buruk,kurangnya aktivitas fisik,penggunaan medikamentosa contohnya steroid,serta sosial ekonomi.

Secara fisiologis pengaturan nafsu makan di atur oleh hipotalamus pada bagian nukleus lateral hipotalamus disebut juga pusat makan. Hipotalamus akan menerima sinyal saraf dari
  • Saluran pencernaan yang memberikan informasi isi lambung artinya disini bila saluran cerna teregang terutama pada lambung dan duodenum maka sinyal akan akan dihantarkan melalui nervus vagus untuk menekan nafsu makan sehingga nafsu makan berkurang
  • Sinyal kimia dalam darah yaitu kadar glukosa dan asam lemak dalam darah. Pengaturan nafsu makan diatur dengan cara ketika salah satu dari zat kimia tersebut berkurang maka nafsu makan akan meningkat yang akhirnya akan mengembalikan kadar zat tersebut dalam darah menjadi normal
  • sinyal dari hormon-hormon gastrointestinal maupun jaringan lemak. Pada dasarnya ada 2 neuron pada hipotalamus yang merangsang dan menghambat nafsu makan yaitu
1.      Neuron proopimelanokortin (POMC) yang memproduksi alfa melanocyte stimulating hormo bersama dengan cocaine and amphetamine related transcipt (CART)
2.      Neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related protein (AGRP)
Aktivasi neuron POMC akan mengurangi nafsu makan dan meningkatkan pengeluaran energi sedangkan aktivasi NPY akan meningkatkan nafsu makan dan mengurangi pengeluaran energi. Neuron-neuron tersebut agaknya menjadi target utama bagi kerja hormon-hormon yang mengatur nafsu makan.Beberapa hormon pengatur nafsu makan yang terdapat pada gastrointestinal adalah kolesistokinin yang berespon terhadap lemak dan memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilaku makan lebih lanjut. Selain itu terdapat peptida YY (PYY) dan peptida mirip glukagon (GLP) yang disekresi dari saluran cerna yang juga berfungsi menghambat nafsu makan atau disebut juga anoreksigenik. Selain hormon-hormon penghambat nafsu makan (anoreksigenik)  pada saluran cerna juga terdapat hormon yang meningkatkan nafsu makan (oreksigenik) yaitu ghrelin.Hormon  pengatur nafsu makan juga dihasilkan dari jaringan adiposa yaitu leptin. Bila jumlah jaringan lemak meningkat adiposit akan menghasilkan leptin lebih banyak lagi yang akan dilepaskan ke dalam darah. Leptin kemudian menempati reseptor leptin pada hipotalamus untuk menurunkan nafsu makan.
·         Sinyal dari korteks cerebri berupa penglihatan,penciuman dan pengecapan

Walaupun mekanisme fisiologi dapat mengatur nafsu makan beberapa faktor dapat menimbulkan perilaku makan yang tidak normal sehingga masukan energi berlebih dan timbullah obesitas.  Gaya hidup yang tidak aktif atau aktivitas fisik berkurang,faktor lingkungan,sosial dan psikologis,kelainan neurologis serta faktor genetik merupakan faktor-faktor penyebab obesitas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar