OBESITAS
Menurut WHO pada tahun 2000 obesitas itu adalah kondisi
ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Prevalensi
terjadinya obesitas semakin meningkat disetiap negara. Penelitian Himpunan
Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) mendapatkan angka prevalensi obesitas pada
wanita adalah 11,02 % dimana lebih besar daripada pria yang prevalensinya 9,16
%. Pada tahun 2015 diperkirakan 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami
overweight dan 700 juta diantaranya mengalami obesitas.
Etiologi atau penyebab terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan
antara asupan energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan dan
pengeluaran energi yang rendah menyebabkan tubuh menyimpan kelebihan energi
tersebut sebagai cadangan dalam bentuk jaringan lemak. Hal ini lah yang memicu
terjadinya obesitas. Selain itu ada beberapa faktor yang memicu terjadinya
obesitas yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berperan
dimana ditemukan bahwasanya anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga
obesitas. Faktor lingkungan juga ikut berperan diantarnya perilaku makan yang
buruk,kurangnya aktivitas fisik,penggunaan medikamentosa contohnya
steroid,serta sosial ekonomi.
Secara fisiologis pengaturan nafsu makan di atur oleh
hipotalamus pada bagian nukleus lateral hipotalamus disebut juga pusat makan.
Hipotalamus akan menerima sinyal saraf dari
- Saluran pencernaan yang
memberikan informasi isi lambung artinya disini bila saluran cerna
teregang terutama pada lambung dan duodenum maka sinyal akan akan
dihantarkan melalui nervus vagus untuk menekan nafsu makan sehingga nafsu
makan berkurang
- Sinyal kimia dalam darah yaitu
kadar glukosa dan asam lemak dalam darah. Pengaturan nafsu makan diatur
dengan cara ketika salah satu dari zat kimia tersebut berkurang maka nafsu
makan akan meningkat yang akhirnya akan mengembalikan kadar zat tersebut
dalam darah menjadi normal
- sinyal dari hormon-hormon
gastrointestinal maupun jaringan lemak. Pada dasarnya ada 2 neuron pada
hipotalamus yang merangsang dan menghambat nafsu makan yaitu
1.
Neuron
proopimelanokortin (POMC) yang memproduksi alfa melanocyte stimulating hormo
bersama dengan cocaine and amphetamine related transcipt (CART)
2.
Neuropeptida
Y (NPY) dan agouti-related protein (AGRP)
Aktivasi neuron POMC akan mengurangi
nafsu makan dan meningkatkan pengeluaran energi sedangkan aktivasi NPY akan
meningkatkan nafsu makan dan mengurangi pengeluaran energi. Neuron-neuron
tersebut agaknya menjadi target utama bagi kerja hormon-hormon yang mengatur
nafsu makan.Beberapa hormon pengatur nafsu makan yang terdapat pada
gastrointestinal adalah kolesistokinin yang berespon terhadap lemak dan
memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilaku makan lebih
lanjut. Selain itu terdapat peptida YY (PYY) dan peptida mirip glukagon (GLP)
yang disekresi dari saluran cerna yang juga berfungsi menghambat nafsu makan
atau disebut juga anoreksigenik. Selain hormon-hormon penghambat nafsu makan
(anoreksigenik) pada saluran cerna juga terdapat
hormon yang meningkatkan nafsu makan (oreksigenik) yaitu ghrelin.Hormon pengatur nafsu makan juga dihasilkan dari
jaringan adiposa yaitu leptin. Bila jumlah jaringan lemak meningkat adiposit
akan menghasilkan leptin lebih banyak lagi yang akan dilepaskan ke dalam darah.
Leptin kemudian menempati reseptor leptin pada hipotalamus untuk menurunkan
nafsu makan.
·
Sinyal
dari korteks cerebri berupa penglihatan,penciuman dan pengecapan
Walaupun mekanisme fisiologi dapat mengatur nafsu makan
beberapa faktor dapat menimbulkan perilaku makan yang tidak normal sehingga
masukan energi berlebih dan timbullah obesitas. Gaya hidup yang tidak aktif atau aktivitas
fisik berkurang,faktor lingkungan,sosial dan psikologis,kelainan neurologis
serta faktor genetik merupakan faktor-faktor penyebab obesitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar